Saturday, 13 October 2012
*Islambul, bukan Istanbul*
Kota Istanbul di Turki, memiliki sejarah yang panjang. Ketika mendengar
nama kota ini disebut segera yang terbayang dibenak kita ialah gambaran
kebesaran imperium Utsmani. Dan memang, di kota ini banyak terdapat situs
peninggalan kekaisaran Turki Utsmani. Situs-situs bersejarah itu
menginformasikan betapa besar dan kuatnya Turki Utsmani di bawah para
khalifahnya untuk menembus wilayah-wilayah Eropa membawa agama Islam.
Kota ini didirikan pada abad ke-7 SM. Pada tahun 330 M, kota itu dijadikan
sebagai ibu kota Romawi oleh Konstantin di tempat koloni Yunani kuno
bernama Bizantium, dan dinamakan Konstantinopel untuk sang kaisar. Kota ini
menjadi ibukota timur bagi Kekaisaran Romawi dan kemudian menjadi ibukota
Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 395 M. Pada tahun 1453 M, Konstantinopel
berhasil direbut oleh Kesultanan Utsmani di bawah pimpinan Sultan Muhammad
II.
Peristiwa bersejarah ini merupakan salah satu bukti kebenaran nubuwat
Rasulullah *shalallahu alaihi wassalam*, Sebab, beliau pernah bersabda
bahwa Konstantinopel akan dikuasai oleh umat Islam. Dalam hadits riwayat
Imam Ahmad disebutkan bahwa Abdullah bin Amru bin Ash ditanya, "Yang
manakah di antara kedua kota ini yang ditaklukkan terlebih dahulu?
Konstantinopel ataukah Roma?" Maka beliau memerintahkan seseorang untuk
mengambil sebuah kotak yang ada padanya. Lalu, kotak itu diberikan
kepadanya. Dibukanya kotak itu dan dikeluarkannya secarik kertas. Lantas
beliau berkata, "Ketika kami sedang menulis bersama Rasulullah *shalallahu
alaihi wassalam*, beliau ditanya: yang mana di antara kedua kota ini yang
ditaklukkan terlebih dahulu. Konstantinopel ataukah Roma. Beliau
menjawab, "Kota
Heraklius terlebih dahulu, yakni Konstantinopel."
Rasulullah telah mengucapkan kata-kata itu sejak 850 tahun sebelum
pembebasan Konstantinopel terjadi. Dan Konstantinopel memang benar-benar
ditaklukkan. Rasulullah juga memberi kabar gembira bahwa pasukan yang
menaklukannya adalah sebaik-baik pasukan, sedangkan panglimanya adalah
sebaik-baik panglima.
*Menembus Eropa*
Setiap pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud
Rasulullah *shalallahu alaihi wassalam* dalam haditsnya sebagai panglima
yang terbaik dan tentaranya tentara yang terbaik yang mampu membebaskan
Kontantinopel.
Sejak Rasulullah *shalallahu alaihi wassalam*, masih hidup, beliau sudah
berupaya mengajak penguasa Konstatinopel agar mau memeluk Islam. Selembar
surat ajakan masuk Islam dari nabi t telah diterima Kaisar Heraklius di
kota ini.
Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius Raja Romawi.
*Bismillahirrahmanirrahim, salamun 'ala manittaba'al-huda. Amma ba'du*,
*"Sesungguhnya Aku mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk
Islam-lah, maka Anda akan selamat dan Allah akan memberikan Anda dua
pahala. Namun jika Anda menolak, Anda harus menanggung dosa orang-orang
Aritsiyyin."*
Dikabarkan bahwa saat menerima surat, Kaisar Heraklius cukup menghormati
dan membalas dengan mengirim hadiah penghormatan. Namun dia mengaku bahwa
dirinya belum siap memeluk Islam.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar ra, Khalid bin Walid dikirim sebagai
panglima perang menghadapi pasukan Romawi. Khalid memang mampu membebaskan
sebagian wilayah Romawi dan menguasai Damaskus serta Palestina (Al-Quds).
Tapi tetap saja ibukota Romawi Timur saat itu, Konstantinopel, masih belum
tersentuh.
Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, pahlawan Islam yang merebut Al-Quds kembali
dari tangan Romawi sekalipun, masih belum mampu membebaskan Konstantinopel.
Padahal beliau pernah mengalahkan serangan tentara gabungan dari Eropa
pimpinan Richard yang berjuluk The Lion Heart dalam Perang Salib.
Dan sejarah memperlihatkan, ternyata sosok yang disebut oleh Rasulullah
dalam hadits itu ialah Sultan Muhammad Al-Fatih. Tidak mudah memang untuk
membebaskan Konstantinopel. Kotanya cukup unik, karena berada di dua benua,
Asia dan Eropa. Di tengah kota ada selat Bosporus yang membentang, ditambah
benteng-benteng yang cukup merata.
Tetapi Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah menyerah. Sejarah mencatat
beliau telah memerintahkan para pakar dan insinyurnya untuk membuat sebuah
sebuah meriam raksasa. Dengan peluru logam baja, suaranya mampu
menggentarkan nyali musuh. Meriam ini mampu menembak dari jarak jauh serta
meluluh-lantakkan benteng Bosporus. Ini adalah senjata tercanggih kala itu.
Konstantinopel berhasil ditaklukkan dengan kerja keras luar biasa.
Konstantin sendiri pun terbunuh dalam perang itu. Meski Konstantin adalah
seorang Kristen, tapi sikap satrianya di medan perang patut dicontoh. la
terbunuh sebagai perwira. la terbunuh saat bertempur di atas kudanya di
jalan raya Konstantinopel. Mampukah kepala negara di setiap negeri muslim
hari ini berbuat hal yang sama seperti Konstantin yang Nasrani itu?!
*Sang Pembebas*
Muhammad AI-Fatih, dari sisi keshalihannya, disebutkan bahwa beliau tidak
pernah meninggalkan tahajud dan shalat rawatib sejak baligh hingga saat
wafat. Dan kedekatannya kepada Allah *subhanahu wa ta’ala* ditularkan
kepada tentaranya.
Itulah barangkali kunci utama keberhasilan beliau dan tentaranya dalam
menaklukkan kota yang dijanjikan nabi *shalallahu alaihi wassalam*. Rupanya
kekuatan beliau bukan terletak pada kekuatan fisik semata. Tapi dari sisi
hubungan kepada Allah, nyata bahwa beliau dan tentaranya sangat menjaga
kedekatan lewat shalat fardhu, shalat malam (*qiyamul lail*) dan ibadah
sunnah lainnya.
Karena prestasinya menaklukkan Konstantinopel, Muhammad kemudian mendapat
gelar Al-Fatih, Sang Pembebas. Namun orang Barat menyebutkan The Conqueror,
Sang Penakluk. Ada kesan bila menggunakan kata "Sang Penakluk" bahwa
beliau seolah-olah penguasa yang keras dan kejam. Padahal gelar yang
sebenarnya dalam bahasa Arab adalah Al-Fatih. Artinya 'pembuka' atau
'pembebas'. Kata ini terkesan santun dan beradab. Karena pada hakikatnya,
yang beliau lakukan bukan penaklukan atau penindasan, melainkan pembebasan
menuju kepada iman dan Islam.
Yang lebih menarik, meski beliau punya kedudukan tertinggi dalam struktur
pemerintahan, namun karena keahlian beliau dalam ilmu strategi perang,
hampir seluruh perjalanan jihad tentaranya beliau pimpin secara langsung.
Bahkan beliau tetap berangkat berjihad kendati sedang menderita sakit.
Islambul
Dalam Fie Zhilali Surati at-Taubah (Di Bawah Naungan Surat At-Taubah), Dr.
Abdullah Yusuf Azzam menulis bahwa setelah membebaskan Konstantinopel,
Muhammad Al-Fatih mengubah nama kota ini menjadi Islambul yang berarti Kota
Islam.
Jadi, sebetulnya bukan Istanbul seperti kita kenal sekarang. Penyebutan
Istanbul muncul dari orang Barat. Karena merasa berat dan risih mendengar
kata Islam, maka mereka menyebutnya sebagai Istanbul. Dalam buku itu, Dr.
Abdullah Azzam juga mengajak, "Kalau kita ingin menghilangkan nama
Konstantinopel, maka sebut kota ini sebagai Islambul, bukan Istanbul."
Hingga kini Islambul terus menjadi kota terbesar (dan mungkin juga kota
terpenting, bagi Turki, sekalipun yang menjadi ibukota Turki adalah Ankara.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment