Duhai Rabbku… Berkali-kali aku bersimpuh di hadapanMu, berjanji untuk
tidak berbuat dosa itu, tapi berkali-kali juga aku tergelincir dan ke
dalam lubang yang sama. Diriku ini penuh berlumuran dosa dan noda, namun
dapatkah aku berlari menghindar dariMu, sementara Engkaulah Pemilik
seluruh jagad raya ini?? Ilahi…terimalah taubatku ini, walaupun untuk
yang kesekian kalinya.
Duhai Rabbku..betapa rahmatMu senantiasa tercurah, sebaliknya justru kemaksiatan dan dosa-dosaku yang Naik kepadaMu.
Ku tahu betapa maksiat telah mendatangkan murkamu pada kaum Nuh,
bangsa Ad dan Tsamud, tidak pula hilang dalam ingatanku azab yang Kau
turunkan terhadap kaum Luth, Firaun, Haman dan Qarun. Dengan maksiat kau
ubah penduduk tepi pantai Bani Israil menjadi kera-kera yang hina, dan
karena maksiat pula kau kutuk Bani Israil sepanjang zaman.
Kalaulah bukan karena firmanMu:
{ قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا
تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى
رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ
ثُمَّ لا تُنْصَرُونَ (54)
katakan wahai Muhammad : Wahai hamba-hambaKu yang yang telah melumuri
dirinya dengan dosa-dosa janganlah kalian pernah berputus asa dari
rahmat Allah, sesungguhnya Allah akan mengampuni seluruh dosa-dosa
sesungguhnya Dia Maha pengampun Lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah
kepada Rabb kalian dan berserah dirilah padanya sebelum azab datang
menghampiri kalian kemudian kalian tidak lagi dapat ditolong.QS.Az-
Zumar:53-54 niscaya aku telah berputus asa daripada dosa-dosaku yang tak terhingga bagaikan bilangan pasir di tepi pantai.
Seandainya tidak pernah ku ketahui firmanMu yang menyingkap secercah
cahaya harap tuk dapat bertaubat sebelum ajal tiba, tidak kan mungkin
diri ini berani kembali bersimpuh di hadapanMu tuk mengakui kesalahan
dan bertaubat.
Bukankah Engkau yang telah menyemai benih harap dalam hatiku untuk kembali padaMu dengan seruan lembutMu:
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ
(55) أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ
اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ (56) }
Ikutilah yang terbaik dari apa yang telah diturunkan kepada kalian
dari Rabb kalian sebelum datang kepada kalian azab yang secara tiba-tiba
sementara kalian tidak menyadarinya. Ketika kelak jiwa(di hari kiamat)
berkata: alangkah menyesalnya diri ini atas segala kelalaianku terhadap
Allah. QS.Az-Zumar:55-56.
Ilahi…sejujurnya batin ini merintih, gelisah dan gundah gulana
tatkala maksiat itu terulang. Tapi pernyataanMu jua dalam Hadis Qudsi
Nabimu yang menghilangkan keraguanku untuk tetap meminta ampunanMu.
Bukankah Engkau pernah berkata melalui lisan NabiMu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِيمَا يَحْكِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ أَذْنَبَ
عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي فَقَالَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ
الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَيْ
رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبْدِي أَذْنَبَ
ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ
بِالذَّنْبِ ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي
ذَنْبِي فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا فَعَلِمَ
أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ اعْمَلْ مَا
شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ ( رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah-radhiallahu ‘anhu- dari Nabi-shallallahu ‘alaihi wa
sallam- sebagaimana yang dikisahkan dari Rabbnya-azza wa jalla-bahwa
Allah berfirman: Seorang hamba telah melakukan dosa, kemudian dia
berkata: Ya Allah ampuni dosaku, maka Allah-tabaraka wa
ta’ala-berfirman: hambaKu melakukan dosa tapi dia mengetahui bahwa dia
memiliki Rabb yang kuasa mengampuni dosa dan kuasa pula untuk
menghukumnya…
kemudian dia kembali melakukan dosa itu dan kembali berkata: ya Rabbku
ampuni dosaku, maka Allah-tabaraka wa ta’ala-berfirman: hambaKu
melakukan dosa tapi dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang kuasa
mengampuni dosa dan kuasa pula untuk menghukumnya…kemudian dia kembali
melakukan dosa itu dan kembali berkata: ya Rabbku ampuni dosaku, maka
Allah-tabaraka wa ta’ala-berfirman: hambaku melakukan dosa tapi dia
mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang kuasa mengampuni dosa dan kuasa
pula untuk menghukumnya… lakukanlah apa yang kau kehendaki sesungguhnya
aku telah ampuni untukmu. HR. Muslim
Perkataan Nabimu ini yang senantiasa menumbuhkan harapku untuk tetap
kembali bertaubat dan bertaubat, meskipun diriku khawatir kelak akan
tergelincir kembali.
Ilahi….
Kami sangat faham dengan firmanMu:
{ يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ } [غافر: 19]
Dia mengetahui mata-mata yang berkhianat dan apa yang disembunyikan di dalam dada.QS Ghafir: 19.
Kami juga baca bagaimana Ibnu Katsir dan Ibnu Abbas menafsirkannya:
يخبر تعالى عن علمه التام المحيط بجميع الأشياء، جليلها وحقيرها، صغيرها
وكبيرها، دقيقها ولطيفها؛ ليحذر الناس علمه فيهم، فيستحيوا من الله حَقّ
الحياء، ويَتَّقُوهُ حق تقواه، ويراقبوه مراقبة من يعلم أنه يراه، فإنه
تعالى يعلم العين الخائنة وإن أبدت أمانة، ويعلم ما تنطوي عليه خبايا
الصدور من الضمائر والسرائر.
قال ابن عباس في قوله: { يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي
الصُّدُورُ } وهو الرجل يدخل على أهل البيت بيتهم، وفيهم المرأة الحسناء،
أو تمر به وبهم المرأة الحسناء، فإذا غفلوا لحظ إليها، فإذا فطنوا غَضّ،
فإذا غفلوا لحظ، فإذا فطنوا غض [بصره عنها] (3) وقد اطلع الله من قلبه أنه
وَدّ أن لو اطلع على فرجها. رواه ابن أبي حاتم.
Berkata Ibnu Katsir: Allah memberitahukan hamba tentang ilmuNya yang
sempurna yang meliputi segala sesuatu, yang mulia maupun hina, yang
besar maupun yang kecil, yang halus maupun yang lembut, agar manusia
waspada bahwa ilmuNya senantiasa memantau mereka,supaya mereka
benar-benar merasa malu kepada Allah, merasa dipantauNya, sesungguhnya
Allah-ta’la- mengetahui mata yang berkhianat sekalipun berpura-pura
amanah, mengetahui setiap niat dan rahasia apapun yang disimpan dalam
dada.
Berkata ibnu Abbas: Ayat ini turun menjelaskan tentang seseorang
lelaki yang masuk ke dalam rumah seseorang di antara mereka, sementara
dalam rumah itu ada seorang wanita yang cantik jelita, atau seseorang
yang sedang lewat di sebuah rumah dan di dalamnya ada wanita cantik di
tengah keluarganya, jika mereka lalai maka dia segera melihat kepadanya,
jika keluarganya tahu maka dia berpura-pura tidak melihat, takala
mereka lengah dia kembali mencuri pandangan ke arahnya, jika mereka tahu
kembali dia tundukkan pandangannya, padahal Allah telah mengetahui isi
hatinya betapa inginnya dia seandainya dapat melihat kemaluannya.
HR.Ibnu Abi Hatim.
Tetapi duhai Rabb….
Maafkanlah mata-mata kami yang berkhianat,
maafkanlah telinga-telinga kami yang tidak amanah, ampunkan lisan-lisan
kami yang salah, hati-hati kami yang kotor, tangan-tangan kami yang
jahil, dan kaki-kaki kami yang khilaf melangkah.
Rabb kami…
Maafkan kami yang terlalu bersandar pada ampunan dan
rahmatMu, maafkan kami yang terlalu berhusnuzhan dengan tak seberapa
amal sholeh yang kami lakukan.berilah uzur kami yang terkadang merasa
puas dengan amal ibadah kami, berilah uzur kami terhadap rasa harap
terhadap kasih sayangMu yang terkadang berlebih-lebihan sehingga
mengalahkan rasa takut kami terhadap hukuman dan siksaMu..
Padahal kami juga paham bahwa para salafus sholeh begitu khawatir
dengan diri mereka, betapa perasaan takut padaMu senantiasa mendera
mereka, kami sadar khawatirnya sahabat NabiMu dengan siksamu, padahal
mereka telah mengantongi tazkiyah dari NabiMu dengan surga yang di
tangan.
Duhai Rabbi…seandainya Imam Syafii dengan segala kemuliannya, ilmu, ibadah, zuhud dan wara” nya masih berkata dalam syairnya:
أحب الصالحين ولست منهم لعلي أن أنال بهم شفاعة
وأكره من تجارته المعاصي ولو كنا سواء في البضاعة
Aku mencintai orang-orang sholeh, padahal aku bukan dari golongan mereka
Semoga dengan mencintai mereka aku mendapatkan syafaat mereka
Dan aku sangat membenci orang yang barang dagangannya adalah kemaksiatan
Walaupun sebenarnya barang yang kami dagangkan adalah sama
Bagaimana dengan kami, yang tidak secuilpun dapat menyamai keutamaan
beliau dalam segala hal, tidak dalam ilmu, tidak pula dalam ibadah,
tidak dalam zuhud, apalagi dalam hal wara’….
Alangkah sesuainya diri kita ini dengan apa yang disebutkan oleh Fudhail bin Iyadh:
Wahai
miskin…engkau senantiasa berbuat kejelekan sementara engkau menganggap
dirimu berbuat kebaikan, engkau adalah jahil sementara engkau menganggap
dirimu adalah alim, engkau kikir sementara engakau menganggap dirimu
dermawan, engkau dungu sementara engkau menganggap dirimu berakal,
ajalmu begitu pendeknya sementara angan-anganmu begitu panjang.
Berkata Az-Zahabi mengomentari perkataan ini: ”ya demi Allah benar
sekali apa yang dia katakan, engkau zalim sementara engkau menganggap
engkau yang dizalimi, selalu makan harta yang haram sementara engkau
menganggap dirimu wara’, engkau fasik sementara engaku menganggap dirimu
adil, engkau menuntut ilmu untuk mendapatkan dunia sementara engkau
menganggap bahwa engkau menuntutnya karena Allah. (Siyar A’lam an
Nubala:8/440).
Ibnu Syauzab berkata: Tatkala Abu Hurairah akan wafat beliau
menangis, maka ada yang bertanya padanya: kenapa anda menangis? Beliau
menjawab: khawatir dengan jauhnya perjalanan (akhirat) dan sedikitnya
bekal serta tumit yang belum tau kelak apakah akan menginjak ke surga
ataukah ke neraka.(sifatu shafwah: 1/693).
Berkata ibn Sirin: aku sangat mengerti dosa apa yang membuatku
terlilit hutang seperti ini, yaitu perkataan yang pernah ku lontarkan
kepada seseorang sejak empat puluh tahun yang silam: ”wahai orang
bangkrut”. Berkata Ubaidullah ibnu ‘alaihis salam-Surri: ku beritakan
ucapan ini kepada Abu Sulaiman Ad-Daarani, maka dia berkata memberikan
komentar: begitu sedikitnya dosa mereka sehingga mereka faham dari mana
musibah melanda mereka (di sebabkan dosa tersebut), sementara
kita…alangkah banyaknya dosa-dosaku dan dosa-dosamu hingga kita tidak
lagi mengetahui dari sebab dosa mana musibah datang kepada kita. (sifatu
shafwah: 3/246).
Berkata Al-Qasim bin Muhammad: kami pergi musafir dengan Ibnu
Mubarak, sementara hatiku senantiasa bertanya-tanya: apa yang membuat
orang ini lebih mulia dan utama dari kami, sehingga begitu populernya
dirinya ditengah-tengah manusia? Padahal jika dia sholat kamipun sholat,
jika dia puasa kami juga berpuasa, jika dia berjihad kami juga
berjihad, jika dia haji kamipun juga pergi haji.
Suatu ketika tatkala kami berjalan di malam hari menuju Syam, kami
singgah di sebuah rumah untuk bersantap makan malam, tiba-tiba lampu
padam…maka bangun salah seorang diantar kami untuk mengambil api tak
berapa lama dia kembali membawa api..ketika itulah aku melihat wajah
Ibnu Mubarak dan Jenggotnya basah berlinangan air matanya, maka aku
berkata dalam hatiku: mungkin dengan rasa takut inilah yang membuat dia
lebih dari kami, boleh jadi ketika lampu padam dia teringat dengan
gelapnya hari kiamat.(sifat Safwah:4/145).
Ilahi…itulah para salaf kami, dan inilah diri kami…alangkah jauhnya
panggang dari api, semoga pintu maafmu senantiasa terbuka untuk kami
yang senantiasa lalai dan lupa dan berlumur dosa-dosa.
No comments:
Post a Comment